Beli Kripto
Market
Perdagangan
Futures
Finansial
Promosi
Selengkapnya
Zona Pemula
Masuk
Akademi CoinEx

Apa Itu CAPM? Ternyata Bisa Diterapkan di Pasar Crypto

2023-06-13 06:38:11

CAPM atau Capital Asset Pricing Model sangat penting dipahami oleh semua jenis investor, baik itu di pasar modal ataupun di pasar crypto. CAPM memberikan sudut pandang yang lebih menyeluruh agar investasi kita dapat diukur secara lebih efektif dan efisien. Sejumlah penelitian akademik juga menilik nilai pasar crypto menggunakan formula CAPM ini.

Apa Itu CAPM?

CAPM atau Capital Asset Pricing Model adalah sebuah konsep dalam dunia keuangan yang membantu kita memahami bagaimana seharusnya kita mengharapkan keuntungan dari suatu investasi berdasarkan risikonya. Bayangkan Anda sedang memilih antara menyimpan uang di bawah bantal atau menginvestasikannya agar jumlah dan nilai uang itu bertambah. Tentu, dengan menyimpan uang di “tempat aman” seperti itu tidak akan memberi Anda keuntungan apa-apa, tetapi juga tidak ada risiko kehilangan uang atau setidaknya kecil. Sebaliknya, jika Anda menginvestasikannya, ada kemungkinan Anda akan mendapatkan keuntungan, tetapi juga ada risiko kehilangan sebagian atau seluruh uang Anda. Nah, CAPM membantu kita menghitung berapa keuntungan yang wajar kita harapkan dari investasi berisiko.

Mari kita bedah CAPM dengan analogi sebuah timbangan. Di satu sisi timbangan, ada ‘risiko’ dan di sisi lain ada ‘imbalan alias keuntungan’. Dalam konsep CAPM, imbalan harus sebanding dengan risiko. Jadi, semakin tinggi risiko, semakin tinggi pula imbalan bisa didapatkan.

CAPM memang bersandar pada pada investasi dalam bentuk saham di pasar modal alias sekuritas. Bayangkan Anda ingin membeli saham dari sebuah perusahaan. Menurut CAPM, ada beberapa faktor yang harus Anda pertimbangkan sebelum memutuskan berapa keuntungan yang seharusnya Anda harapkan dari saham tersebut.

Pertama, ada yang disebut ‘Risk-Free Rate’. Ini adalah keuntungan yang bisa Anda dapatkan tanpa risiko sama sekali, misalnya dengan menyimpan uang di produk deposito di bank. Ini seperti dasar timbangan, yang menunjukkan imbalan minimal yang harus Anda terima karena Anda tidak mengambil risiko apa-apa.

Kedua, ada ‘Market Return’. Ini adalah keuntungan rata-rata yang bisa didapatkan dari pasar saham secara keseluruhan. Biasanya, orang menggunakan indeks saham seperti S&P 500 sebagai acuan. Jadi, aspek ini menghitung nilai rata-rata di pasar sebagai gambarkan keseluruhan terhadap saham yang kita miliki.

Ketiga, ada ‘Beta’. Ini adalah ukuran seberapa peka saham tertentu terhadap pergerakan pasar secara keseluruhan. Jika nilai Beta lebih dari 1, berarti saham tersebut cenderung bergerak lebih ekstrem dibandingkan pasar. Jika Beta kurang dari 1, berarti saham tersebut lebih stabil.

Berdasarkan tiga elemen ini rumus CAPM adalah sebagai berikut.

Keuntungan yang Diharapkan = Risk-Free Rate + Beta x (Market Return - Risk-Free Rate).

Intinya, CAPM memberitahu kita bahwa jika kita ingin mengambil risiko lebih tinggi (dengan memilih saham yang memiliki Beta tinggi), kita harus mengharapkan keuntungan yang lebih tinggi sebagai kompensasi atas risiko tersebut. Sebaliknya, jika kita memilih saham yang lebih aman dengan Beta rendah, kita harus puas dengan keuntungan yang lebih rendah.

Dalam praktiknya, CAPM sering digunakan oleh investor dan analis keuangan untuk menilai apakah suatu saham layak dibeli. Dengan menghitung keuntungan yang diharapkan berdasarkan CAPM, mereka bisa membandingkan dengan keuntungan yang sebenarnya ditawarkan oleh saham tersebut, dan membuat keputusan yang lebih tepat.

Singkatnya, CAPM adalah alat bantu yang penting untuk memahami hubungan antara risiko dan imbalan dalam investasi saham, dan membantu kita membuat keputusan investasi yang lebih bijaksana.

CAPM Ibarat Kacamata Berburu Harta Karun

Jikalau masih bingung, mari kita lihat CAPM melalui analogi lain. Misalnya CAPM adalah sebuah kacamata khusus yang dapat membantu seorang pemburu harta karun memutuskan pulau mana yang akan ia jelajahi untuk mencarinya.

Ia memiliki peta berbagai pulau, dan tahu bahwa beberapa pulau memiliki harta karun yang terpendam. Namun, setiap pulau juga memiliki tingkat bahaya yang berbeda-beda, seperti binatang buas, cuaca ekstrem atau perangkap. Petualang ini harus memutuskan pulau mana yang paling potensial untuk menemukan harta, tetapi juga mempertimbangkan risiko yang harus dihadapi.

Sekarang, bayangkan petualang ini memiliki kacamata ajaib yang disebut CAPM. Kacamata ini memberinya kekuatan untuk melihat estimasi nilai harta di setiap pulau dan juga menilai tingkat bahaya yang harus dihadapinya.

Dalam analogi ini:

  1. Petualang adalah investor yang ingin memilih saham atau investasi yang potensial.
  2. Pulau adalah berbagai opsi investasi (saham, obligasi, dll).
  3. Harta Karun adalah keuntungan yang ingin dicapai oleh investor dari investasi mereka.
  4. Bahaya dan perangkap di pulau mewakili risiko yang terkait dengan investasi.
  5. Kacamata CAPM adalah alat analisis yang digunakan untuk menilai potensi keuntungan dan risiko investasi.

Nah, kacamata ini memiliki tiga komponen utama yang mencerminkan unsur-unsur dalam CAPM:

  1. Lensa Kiri (Risk-Free Rate): Di salah satu lensa kacamata, petualang dapat melihat angka yang menunjukkan berapa banyak harta yang bisa ditemukan dengan mudah tanpa harus menghadapi bahaya apapun. Ini mirip dengan risk-free rate, yaitu imbalan yang bisa didapat tanpa mengambil risiko, misalnya dari deposito bank.
  2. Lensa Kanan (Market Return & Beta): Lensa sebelah ini menunjukkan dua hal. Pertama, ia menunjukkan berapa banyak harta rata-rata yang bisa ditemukan di semua pulau. Kedua, ia menunjukkan faktor Beta yang menunjukkan seberapa berbahayakah pulau tersebut dibandingkan dengan pulau-pulau lain. Jika Beta tinggi, berarti pulau tersebut sangat berbahaya, tetapi juga mungkin menyimpan harta yang lebih banyak. Jika Beta rendah, berarti pulau tersebut lebih aman, tetapi mungkin menyimpan harta yang lebih sedikit.

Dengan menggunakan kacamata ini, petualang dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana tentang pulau mana yang harus ia jelajahi. Ia akan mencari pulau yang memiliki perbandingan terbaik antara jumlah harta dan tingkat bahaya yang harus dihadapi.

Demikian pula, dalam dunia investasi, CAPM berfungsi seperti kacamata ini. CAPM membantu investor untuk menilai dan membandingkan potensi keuntungan dengan risiko yang terkait dengan berbagai pilihan investasi, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang lebih tepat tentang di mana menginvestasikan uang mereka.

Sejarah CAPM

CAPM pertama kali diperkenalkan pada awal 1960-an oleh beberapa ekonom dan akademisi, dan berakar pada teori portofolio yang dikembangkan oleh Harry Markowitz pada akhir 1950-an.

Harry Markowitz, yang sering dianggap sebagai bapak teori portofolio modern, memulai perjalanan ini dengan menerbitkan makalahnya yang berjudul "Portfolio Selection" pada tahun 1952. Dalam makalah ini, ia menjelaskan bagaimana investor bisa mengoptimalkan portofolio mereka dengan cara yang sistematis. Ide utamanya adalah diversifikasi - kombinasi aset yang berbeda dalam satu portofolio untuk mencapai tingkat risiko dan pengembalian yang optimal. Ini disebut sebagai Teori Portofolio Modern dan menjadi dasar dari CAPM.

Kemudian, pada awal 1960-an, tiga ekonom yang berbeda secara independen memperkenalkan apa yang sekarang dikenal sebagai CAPM. Mereka adalah Jack Treynor, William Sharpe, dan John Lintner. Masing-masing dari mereka menyumbangkan ide-ide yang akhirnya menyatu menjadi CAPM seperti yang kita kenal saat ini.

Jack Treynor adalah salah satu yang pertama mengembangkan konsep dasar CAPM. Dia menulis makalahnya pada tahun 1961 dan 1962, tetapi makalah ini tidak diterbitkan hingga beberapa tahun kemudian. Dia mengambil ide diversifikasi dari Teori Portofolio Modern dan menambahkan konsep Beta sebagai ukuran risiko sistematis yang mencerminkan sensitivitas aset terhadap perubahan di pasar secara keseluruhan.

Pada saat yang hampir bersamaan, William Sharpe juga mengembangkan ide yang mirip. Dia mempublikasikan makalahnya yang berjudul "Capital Asset Prices: A Theory of Market Equilibrium under Conditions of Risk" pada tahun 1964. Dalam makalah ini, dia memperkenalkan istilah Capital Asset Pricing Model dan memberikan rumus yang sekarang kita kenal sebagai CAPM. Sharpe juga menyempurnakan penggunaan Beta sebagai ukuran risiko sistematis.

John Lintner, seorang ekonom di Harvard, juga mengembangkan gagasan yang sangat mirip secara independen, dan dia mempublikasikan hasil penelitiannya antara tahun 1965 dan 1966. Dia memperluas konsep tersebut dan memberikan bukti empiris yang mendukung model tersebut.

Dari tiga tokoh ini, William Sharpe sering kali lebih dihubungkan dengan CAPM karena dia memberi nama pada model tersebut dan rumusnya paling sering digunakan. Namun, penting untuk diakui bahwa CAPM adalah hasil dari kontribusi dari beberapa individu.

Latar belakang pengembangan CAPM adalah untuk mencari pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara risiko dan pengembalian. Pada saat itu, pasar keuangan sedang berkembang pesat dan investor membutuhkan alat yang dapat membantu mereka membuat keputusan investasi yang lebih baik.

CAPM akhirnya menjadi model yang sangat berpengaruh dan masih digunakan hingga hari ini dalam penilaian aset dan manajemen portofolio. Untuk kontribusinya dalam pengembangan ini, William Sharpe, bersama dengan Harry Markowitz dan Merton Miller, dianugerahi Hadiah Nobel dalam bidang Ekonomi pada tahun 1990.

Contoh-contoh CAPM

Sebelumnya kita sudah membahas konsep dasar CAPM dan bagaimana itu diterapkan di pasar modal. Di bagian ini kita menyelami lebih detil beberapa contoh lainnya dalam perhitungan matematis. 

Seperti disinggung sebelumnya, formula CAPM adalah: Ra = Rf + β(Rm - Rf)

Di mana:

- Ra adalah expected return dari aset

- Rf adalah risk-free rate

- β adalah Beta dari aset

- Rm adalah expected return dari pasar

Contoh 1:

Mari kita ambil contoh sebuah saham perusahaan teknologi. Anggaplah risk-free rate saat ini adalah 3%, expected market return adalah 8%, dan Beta saham adalah 1.2. 

Menggunakan rumus CAPM:

Ra = 3% + 1.2(8% - 3%)

   = 3% + 1.2(5%)

   = 3% + 6%

   = 9%

Jadi, investor harus mengharapkan tingkat return sekitar 9% untuk siap berinvestasi di saham perusahaan teknologi ini.

Contoh 2:

Kini, mari kita ambil contoh sebuah obligasi korporasi dengan Beta -0.2 (ini berarti obligasi cenderung bergerak berlawanan arah dengan pasar). Dengan asumsi risk-free rate dan expected market return yang sama seperti contoh sebelumnya:

Ra = 3% + (-0.2)(8% - 3%)

    = 3% + (-0.2)(5%)

    = 3% - 1%

    = 2%

Dalam hal ini, expected return obligasi hanya 2%. Ini menunjukkan bahwa investor mungkin tidak akan mendapatkan imbal hasil yang tinggi dari investasi ini, tetapi juga risikonya lebih rendah dibandingkan saham dengan Beta tinggi.

Contoh 3:

Terakhir, mari kita pertimbangkan reksa dana dengan Beta 0.9. Asumsi risk-free rate dan expected market return tetap sama:

Ra = 3% + 0.9(8% - 3%)

    = 3% + 0.9(5%)

    = 3% + 4.5%

    = 7.5%

Investor bisa mengharapkan tingkat pengembalian sekitar 7.5% dari reksa dana ini.

CAPM memberikan kerangka kerja yang bermanfaat untuk mengevaluasi dan membandingkan potensi investasi berdasarkan risiko dan pengembalian yang diharapkan. Namun, penting untuk diingat bahwa ini adalah model dan memiliki keterbatasan. 

CAPM mengasumsikan pasar yang efisien dan tidak selalu mencerminkan faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi pengembalian investasi. 

Selain itu, parameter seperti Beta dapat berubah seiring waktu. Oleh karena itu, CAPM harus digunakan sebagai salah satu dari banyak alat dalam analisis investasi, bukan sebagai satu-satunya dasar untuk membuat keputusan.

Penerapan CAPM di Pasar Crypto

Penerapan Capital Asset Pricing Model (CAPM) ke pasar cryptocurrency lebih kompleks dibandingkan dengan penerapan di pasar saham, forex, atau obligasi. Alasannya karena cryptocurrency memiliki karakteristik yang unik, seperti volatilitas yang sangat tinggi, kurangnya regulasi, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi harga. Selain itu tingkat likuiditasnya masih sangat terbatas, namun relatif tinggi bagi sejumlah trader untuk mereguk keuntungan.

Namun, CAPM tetap dapat diadaptasi untuk digunakan dalam analisis cryptocurrency. Berikut langkah-langkah dan contoh penerapannya:

  1. Menentukan Risk-Free Rate (Rf): Seperti di pasar lainnya, risk-free rate adalah tingkat pengembalian yang diharapkan dari investasi tanpa risiko. Pada pasar cryptocurrency, penggunaan risk-free rate mungkin tidak sejelas di pasar saham, tetapi kita masih bisa mengambil risk-free rate dari instrumen tradisional seperti Treasury Bills (surat utang pemerintah AS) sebagai referensi.
  2. Menentukan Market Return (Rm): Di pasar cryptocurrency, kita perlu menentukan apa yang akan kita gunakan sebagai representasi pasar secara keseluruhan. Salah satu pendekatan adalah menggunakan indeks cryptocurrency yang mencakup berbagai macam koin, seperti Bitwise 10, yang melacak kinerja 10 cryptocurrency terbesar.
  3. Menghitung Beta (β): Beta mengukur sensitivitas harga suatu aset terhadap pergerakan pasar secara keseluruhan. Dalam konteks cryptocurrency, kita bisa menghitung Beta dari koin tertentu relatif terhadap indeks cryptocurrency yang dipilih. Beta dihitung menggunakan regresi historis dari pengembalian koin terhadap pengembalian indeks.


Menggunakan Formula CAPM: Setelah kita memiliki Risk-Free Rate, Market Return, dan Beta, kita dapat menggunakan formula CAPM untuk menghitung expected return dari koin cryptocurrency yang sedang dianalisis.

CAPM untuk BTC

- Risk-Free Rate (Rf) = 2% (dari Treasury Bills)

- Expected Market Return (Rm) = 10% (dari indeks Bitwise 10)

- Beta (β) Bitcoin terhadap Bitwise 10 = 0.8 (dihitung menggunakan data historis)

Menggunakan rumus CAPM:

Ra = 2% + 0.8(10% - 2%)

   = 2% + 0.8(8%)

   = 2% + 6.4%

   = 8.4%


Jadi, expected return dari Bitcoin adalah sekitar 8.4%.

Penting untuk diingat bahwa volatilitas dan sifat tidak terduga dari pasar cryptocurrency dapat menyebabkan estimasi ini menjadi sangat tidak pasti. 

CAPM memberikan titik awal untuk analisis, tetapi harus digunakan dengan hati-hati dan dalam kombinasi dengan alat analisis lainnya saat mempertimbangkan investasi dalam cryptocurrency. 

Selalu penting untuk memahami risiko yang terlibat dan tidak menginvestasikan lebih dari yang Anda mampu kehilangan, terutama dalam pasar yang sangat volatil seperti cryptocurrency.

Kesimpulan

Capital Asset Pricing Model (CAPM) adalah sebuah konsep dalam dunia keuangan yang membantu mengukur tingkat pengembalian yang diharapkan dari suatu investasi berdasarkan risikonya. CAPM memberikan kerangka kerja yang menyeluruh untuk memahami hubungan antara risiko dan imbalan dalam investasi saham. Model ini dapat digunakan untuk membandingkan investasi dan membantu dalam pengambilan keputusan investasi yang lebih bijaksana.

CAPM terdiri dari beberapa komponen, termasuk risk-free rate, market return, dan beta. Risk-free rate adalah tingkat pengembalian yang diharapkan dari investasi bebas risiko, seperti Treasury Bills. Market return adalah tingkat pengembalian rata-rata yang diharapkan dari pasar secara keseluruhan. Beta adalah ukuran sensitivitas suatu aset terhadap pergerakan pasar. Dengan menggunakan rumus CAPM, yaitu Keuntungan yang Diharapkan = Risk-Free Rate + Beta x (Market Return - Risk-Free Rate), kita dapat menghitung expected return dari suatu investasi.

CAPM memiliki aplikasi yang luas di pasar modal dan valuta asing, namun penerapannya di pasar cryptocurrency lebih kompleks. Hal ini disebabkan oleh volatilitas yang tinggi dan kurangnya regulasi dalam pasar crypto. Meskipun demikian, CAPM dapat diadaptasi untuk digunakan dalam analisis cryptocurrency dengan memilih indeks yang mencakup berbagai macam koin sebagai representasi pasar secara keseluruhan.

Namun, perlu diingat bahwa CAPM adalah model dan memiliki keterbatasan. Model ini asumsi pasar yang efisien dan tidak mencerminkan faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi pengembalian investasi. Oleh karena itu, CAPM harus digunakan sebagai salah satu dari banyak alat dalam analisis investasi, bukan sebagai satu-satunya dasar untuk membuat keputusan. Selalu penting untuk melakukan penelitian yang mendalam dan berkonsultasi dengan ahli keuangan sebelum membuat keputusan investasi, terutama dalam pasar yang berisiko tinggi seperti cryptocurrency. 

Sebelumnya
Permainan Seimbang: Bisakah Web3 dan Peraturan Pemerintah Berdampingan?
Selanjutnya
Apa Itu Desentralisasi? Terapan Beragam Seperti di Blockchain dan Crypto